Banyak orang yang takut dengan Jokowi apabila nanti jadi Presiden. Dengan catatan bersihnya, maka kampanye menjelekkan Jokowi menjadi agenda tetap. Dari mulai mengatakan Jokowi Kristen, Mualaf hingga keturunan China. Aneh, banyak orang seketika melupakan pelajaran-pelajaran moral di sekolahnya. Tapi lupakan itu, biarlah orang tahu dengan sendirinya.
Berikut ini ada beberapa macam orang yang tolak Jokowi menjadi Presiden;
1. PNS Korup
Para PNS terutama yang korup sadar betul akan resikonya apabila Jokowi menjadi Presiden. Apalagi rencana Jokowi yang ingin memperbaiki system pelayanan melalui pembangunan IT yang terintegrasi dengan baik, tentu ini mengancam kantong para PNS korup. Sebab semua pelayanan akan berganti melalui teknologi informasi yang jelas fix dan tidak bisa diakali sesuai kepentingan mereka.
Belum lagi masalah kedisiplinan kerja para pegawai negeri ini. Selama ini PNS bisa berangkat kerja seenaknya, melakukan tindakan semaunya karena sadar tidak bisa di pecat. Dan sudah rahasia umum kalau mereka merasa selayaknya Bos, seorang Bos yang merasa kedudukannya lebih penting dibanding masyarakat yang dilayaninya. Sementara sudah jelas, bahwa pegawai negeri adalah pelayanan masyarakat karena dibagi dengan pajak yang diambil dari masyarakat.
Mereka paham bahwa Kesempatan untuk mempermainkan proyek akan menipis bahkan mungkin hilang, oleh karenanya para PNS ini pun melakukan gerakan tolak Jokowi Presiden dengan diam-diam. Dan hebatnya, para PNS ini rata-rata pemegang jabatan basah dalam struktural instansinya sehingga mereka punya uang dan kekuatan untuk menggalang kekuatan agar Jokowi tidak jadi Presiden.
2. Pengusaha Hitam Pemburu Tender
Hampir semua pengusaha yang menjalankan bisnisnya melalui tender-tender pemerintahan, selalu ikut sibuk saat/akan terjadinya pergantian pucuk pimpinan di sebuah instansi maupun wilayah. Mereka akan sibuk memantau siapa saja bakal pimpinan yang akan jadi, seperti apa kemungkinannya dengan prospek tender-tender yang akan diadakan dan diikuti di masa datang.
Maka para pengusaha (pemburu tender) ini, akan berusaha mengamankan relasi atau koneksi bisnis yang sudah mereka miliki selama ini. Ada banyak cara yang dilakukan oleh pengusaha pemburu tender ini, ada yang langsung mendekat dengan calon terkuat (menurut mereka) dan ikut andil dalam berkampanye untuk memenangkannya. Ada yang diam menunggu sampai hasilnya muncul dan ada pula yang bermain dengan dua kaki yaitu mendukung dua atau 3 calon terkuat menurut pandangan mereka.
Dengan majunya Joko Widodo sebagai Capres 2014 ini, pengusaha pemburu tender pun banyak yang ketar-ketir. Ditambah dengan keinginan Jokowi yang ingin membuka proses tender menjadi lebih terbuka melalui teknologi informasi. Tentu saja, pengusaha hitam pemburu tender ini akan kesulitan untuk mendapatkan tender-tender yang selama ini bisa mereka nikmati dengan mudah.
3. Konglomerat Hitam
Ini adalah tipe penolak yang mengerikan. Karena mereka tidak bisa dengan mudah diganti. Mereka memiliki orang-orang binaan yang selalu bekerja mengamankan proyek atau bisnis yang akan maupun sudah mereka jalani. Dari mulai preman – perangkat desa hingga petinggi kementrian bahkan (mungkin) kepolisian dan militer.
Bisa saja konglomerat hitam ini berada di pihak Jokowi, namun mereka juga menanamkan “saham” ditempat lainnya. Dengan melalui berbagai tangan yang memang sudah biasa bekerja untuk mereka. Para konglomerat hitam paham betul bagaimana harus bermain.
Keberadaan Jokowi adalah antitesa, dia terbiasa berbisnis dengan cara yang benar. Dia tidak terbiasa berbisnis melalui tender ataupun proyek-proyek pemerintahan, oleh karenanya tidak ada beban masa lalu untuk mewujudkan pemerintahan yang lebih bersih (meski mustahil dalam waktu 5 tahun), dan ini tentu sangat mengganggu kepentingan konglomerat hitam.
Kelompok ini mulai “dihidupkan” sejak jaman Presiden Soeharto dan terus beranjak hidup hingga Presiden SBY.
4. Penegak Hukum Korup
Meskipun hampir semua orang kesulitan untuk membuktikan hal ini, namun setiap orang paham akan keberadaan para penegak hukum yang korup ini. Kelompok ini tersebar di segala penjuru. Mulai dari Polisi berpangkat Sersan yang sering menilang seenaknya di pinggir jalan, reserse yang menodong uang persenan kepada masyarakat yang harus dilindunginya hingga yang berpangkat Jenderal.
Mudah sekali untuk menemukan rumah-rumah megah nan mewah milik Polisi-polisi berpangkat Jenderal, saking mudahnya sampai-sampai masyarakat “dipaksa” maklum untuk menerima bahwa seorang Jenderal memang harus kaya dan mewah. Pertanyaannya, darimana kekayaan mereka? Apakah dengan kesibukan mereka yang se-demikian hebat masih bisa berbisnis?
Kalau meniru bicaranya TrioMacan yang ahlu fitnah, maka bukan tidak mungkin, pihak ini pun melakukan operasi intelejen untuk memenangkan lawan Jokowi. Terbukti dengan ditolaknya laporan Timses JKW-JK tentang Tabloid Obor Rakyat. Belum lagi dari Kejaksaan hingga Kehakiman, setali tiga uang. Kelompok ini menolak Jokowi Presiden karena mereka mengakui dalam bawah sadarnya bahwa Jokowi adalah sosok yang bersih.
5. Pengacara dan Mafia Hukum
Mari kita lihat, pengacara yang terbiasa terlibat dengan mafia hukum, di masa pilpres ini benar-benar diam seperti tidak bergerak. Mereka agaknya sedang wait and see dengan keadaan yang ada. Entah apakah ini pengamatan saya saja.
Kelompok ini adalah pemain paling hebat. Mereka bisa dengan halus sampai kasar dalam menjalankan praktek bisnis kotornya. Dan hebatnya lagi, dengan siapapun presidennya, mereka masih bisa dengan mudah untuk masuk ke dalam lingkaran. Mengapa kelompok ini tolak Jokowi? Karena mereka paham bahwa Jokowi jelas akan melawan apa saja yang tidak berpihak pada kebenaran dan masyarakat.
6. Ormas Garis Keras dan Konservatif
Kelompok ini terbiasa mengedepankan pandangan konservatif mereka bahkan cenderung memaksakan. Mereka bisa dengan mudah meniadakan hukum atau bertindak diluar hukum yang sudah ada. Saya tidak menuliskan secara spesifik ormas garis keras ini beragama apa. Sebab hampir semua agama memiliki organisasinya yang berhaluan keras.
Apa kepentingan kelompok ini dengan Presiden yang akan datang, dan mengapa mereka menolak Jokowi?. Kalau Jokowi Presiden, maka perilaku dan tindak-tanduk ormas garis keras ini akan terganggu, mereka tidak akan bisa dengan mudah mengintimidasi golongan minoritas lagi, mereka tidak akan bisa dengan leluasa menutup toko kecil namun menjaga toko besar, mereka takut tidak akan bisa lagi membuat kekacauan (entah pesanan siapapun) ke sebuah pihak dan lolos dari hukuman.
Kemampuan Jokowi meredam Abu Bakar Baasyir yang memiliki pusat pesantren di Solo, menjadi bukti kehebatan Jokowi dalam meredam pikiran-pikiran garis keras dan tidak mengganggu yang lainnya. Sementara kelompok ini tidak merasa hidup bila tidak mengganggu orang lain.
Di kelompok ini ada banyak hal kontradiktif terjadi, mereka mengaku sangat agamis namun perilakunya tidak agamis. Ada yang intoleran terhadap sesama manusia namun tidak suka memfitnah dan ada yang mengaku toleran pada sesama manusia namun suka memfitnah.
Dibarisan kelompok konservatif, ada juga yang tolak Jokowi menjadi Presiden karena otomatis memberi jalan bagi Ahok menjadi Gubernur, dan mereka belum bisa menerima pemimpin sebagus apapun bila bukan orang seagama.
7. Militer Aktif dan Korup
Kita tahu, Capres lain adalah keluaran Militer. Maka sangat wajar bila personil militer aktif hampir semuanya mendukung Capres dari militer. SBY pernah berjanji mensejahterakan militer saat kampanyenya untuk menjadi presiden yang kedua kali. Meski akhirnya kesejahteraan itu tidak ada hasilnya, namun bagi para personil militer mereka masih bisa tetap senang karena Presidennya tetap dari militer.
Perlu digarisbawahi ini. Kontestasi dan kontestan Pilpres 2014 ini adalah representasi Militer dan Sipil. Maka militer pun perlu untuk menyelamatkan diri dengan masuk ke dalam dua pihak yang menjalani kontes. Banyak bisnis militer yang sudah merugikan orang sipil, banyak pula bisnis militer yang pada akhirnya merugikan pemerintahan. Intinya, militer butuh menyelamatkan diri dari pemenang yang tidak berpihak kepada mereka. Dan Jokowi lebih dititikberatkan karena bukan dari Militer.
Maka tidak heran bila ada anggota Koramil yang turun ke lapangan dan mengintimidasi masyarakat agar memilih calon dari Militer. Ya karena kepentingan diatas. Kelompok ini melakukan gerakan tolak Jokowi meski mereka terpagari oleh aturan netralitas militer dalam pemilu dan pilpres. Ada pemahaman begini di Militer (secara umum), sekorup dan seburuk apapun yang dilakukan Petingginya selama itu untuk kepentingan militer maka akan dimaklumi.
—||
Catatan ini merupakan pendapat dan analisa pribadi selama pemilu dan pilpres. Anda boleh berargumen menjawab semua itu, hendaknya lakukanlah di Blog Anda sendiri. Catatan ini diluar Anda yang juga tolak Jokowi Presiden dengan pendapat Anda sendiri, yang artinya bukan berarti yang menolak Jokowi otomatis orang yang Korup dan Jahat. Sebab banyak ragam alasan untuk menolak sosok calon presiden.
Saturday, June 21, 2014
Beberapa Orang yang Tolak Jokowi jadi Presiden
Posted by Unknown on 12:58 AM
1 komentar:
terutama orang pribumi tidak dukung jokowi
Post a Comment