English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Monday, January 6, 2014

Kebohongan Anak Berdasarkan Fase Usianya

Posted by Unknown on 7:43 PM

SHUTTERSTOCK Ilustrasi

Sebelum mengambil sikap yang terlalu jauh, kenali dulu kebohongan buah hati berdasarkan fase usia.
Semenjak kecil memang bisa saja buah hati  melakukan kebohongan-kebohongan kecil yang membuat kita gemas. Pasalnya, kadang kala kebohongan dilakukan untuk alasan yang tak dapat dimengerti.

Padahal kita selalu berupaya untuk mengajarkan nilai-nilai kejujuran sejak dini, bukan? Sebelum menilai terlalu jauh, kenali saja dahulu kebohongan yang biasa dilakukan buah hati sesuai dengan rentang usianya.



Anak Batita

Usia 2 atau 3 tahun memang sangat dini untuk berbohong. Mungkinkah mereka berbohong bila kemampuan bicara pun belum terlalu fasih? Para pakar parenting  mengenali kebohongan anak usia di bawah tiga tahun umumnya menyangkut hal-hal yang sangat sederhana.
Salah satu contoh, anak keberatan dan menolak saat Anda hendak memeriksa celananya karena malas melakukan aktivitas membersihkan diri atau mengganti pakaian. Di usia ini, mereka mulai berpikir untuk bersembunyi saat merusak barang atau mengompol dengan harapan orangtua tak mengetahui apalagi memarahinya.

Kadang, tingkah batita ini memang membuat Anda heran. Bisa-bisanya mereka berpikir demikian? Namun memberikan hukuman tentu tak bijak, karena pada dasarnya mereka belum mengerti benar dan salah.
Strategi yang diberikan pakar psikiatri anak, Michael Brody, M.D., adalah mengurangi intensitas bertanya. "Alih-alih bertanya apakah ia yang menghabiskan kue, memecahkan vas, atau hal lainnya, pada usia ini lebih baik katakan saja bahwa kuenya habis atau vasnya pecah," ujarnya. Lalu, ajak buah hati ikut serta saat Anda mencari solusi. "Jika orangtua membuat tuduhan pada anak, apalagi dengan nada marah, anak justru akan berbohong atau memberikan pembelaan diri," tegas Brody.


Anak Balita

Sementara usia 3-5 tahun adalah fase saat imajinasi anak mulai kaya dan kesulitan memisahkannya dengan realita. Tak sedikit anak di usia balita yang merasa memiliki teman khayalan dan percaya bahwa ada sosok monster atau peri di dalam hidupnya. Maka, jangan kaget bila buah hati sering bercerita panjang lebar mengenai suatu kisah yang tak masuk akal.

Imajinasi ini bisa jadi sebagai salah satu caranya bermain, namun bisa pula dijadikan obsesi yang sangat memengaruhinya. Apa sinyal yang menyatakan bahwa imajinasi anak sudah mulai melampaui batas? Elizabeth Berger, M.D., penulis Raising Kids with Characters , menyampaikan indikasi utamanya. "Selama ia masih terlihat senang, tidak menjadi penyendiri alias tetap berhubungan baik dengan orang-orang yang ada di lingkungannya, berarti masih aman-aman saja," terangnya.


Usia Sekolah

Di usia sekolah dasar, yaitu sekitar 5-10 tahun, alasan di balik kebohongan anak mulai dapat dipahami, meski tetap tak dapat diterima. Di usia ini anak berbohong untuk meminimalkan kekecewaan orangtua atau menghindar dari hukuman yang akan diberikan. Sebagai contoh, ia bisa saja mengatakan tak ada PR dari sekolah karena malas mengerjakan.

Saat Anda mengetahui buah hati berbohong dan apa alasannya, kini Anda bisa mempertimbangkan dan mengambil sikap. Apakah ia membutuhkan teguran saja atau bisa diberi hukuman kecil seperti tak boleh menonton TV? Di usia ini pula, jangan kaget apabila anak sudah mengetahui konsep "berbohong untuk kebaikan". Misalnya, ia mengaku telah mengotori meja makan padahal si adik yang melakukannya. Meski buah hati telah menunjukkan kepekaan sosial dan kepedulian, namun Anda tetap harus memberikan pemahaman.



Kenapa anak berbohong?
?



Berikut beberapa alasan penyebab Si Kecil berbohong :
Menunjukkan Identitas
Dorongan dari lingkungan bisa membuat buah hati berbohong untuk diterima di lingkungan tersebut.

Mencari Perhatian

Tak jarang, buah hati yang usianya masih kecil berbohong tentang hal-hal yang mustahil hanya untuk mendapatkan perhatian.

Menjaga Perasaan

Anak kecil dinilai selalu jujur saat dimintai pendapat. Namun, seiring berjalannya waktu, orangtua sering pula meminta buah hati untuk tak mengatakan suatu hadiah jelek atau hal lain demi menjaga perasaan orang lain. Maka, ia pun belajar "berbohong demi kebaikan" untuk menjaga perasaan orang lain.
(Annelis Brilian/Tribunnews)

0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Deviantart
  • Instagram @ajoe354
  • Facebook Angga Joe
  • My Whatsapp
  • Github Ajoe354

Search Site

 
  • Your IP Addres

    IP