Otak manusia pada awalnya sama seperti loteng
kecil yang kosong, dan kau harus mengisinya dengan perabot yang sesuai
dengan pilihanmu.
Orang bodoh mengambil semua informasi yang
ditemuinya, sehingga pengetahuan yang mungkin berguna baginya terjepit
di tengah-tengah atau bercampur dengan hal-hal lain.
Orang bijak sebaliknya. Dengan hati-hati ia memilih
apa yang dimasukkannya ke dalam loteng-otaknya. Ia tidak memasukkan
apapun kecuali peralatan yang akan membantunya dalam melakukan
pekerjaannya, sebab peralatan ini saja sudah sangat banyak. Semuanya
diatur rapi dalam loteng-otaknya sehingga ketika diperlukan, ia dapat
dengan mudah menemukannya. (Sherlock Holmes, Penelusuran Benang Merah-A Study in Scarlet)
Sebuah kata-kata bijak dari seorang
tokoh fiktif karya Sir Arthur Conan Doyle ini tentu menakjubkan. Betapa
tidak, sebuah rahasia kecerdasan dan trik mengefektifkan kemampuan otak
ini tentu jrang sekali diketahui oleh kita.
Meskipun hanya tokoh
fiktif, Sherlock merupakan citra manusia cerdas ketika itu. Kemampuan
deduksinya dan kecerdasan otaknya banyak membantu kepolisian. Tidak
sedikit ketika orang lain kesulitan menghadapi masalah, Holmes hanya
dengan duduk saja sudah mampu memecahkan masalah-masalah tersebut.
Tapi cukup, lupakan sejenak masalah
dunia fiktif dalam karya yang fenomenal ini. Mari kita melihat fakta
bahwa kemampuan meningkatkan kemampuan otak dan menyaring semua
informasi yang hendak disimpan dalam memori kita jauh lebih nyata.
Apakah sahabat pernah merasa begitu
terbebani untuk menyimpan semua pengetahuan yang diberikan oleh guru?
Atau barangkali pernah tertekan karena berusaha menghapal semua materi
pengetahuan yang ada?
Ironis memang, beberapa di antara
kita selalu ingin menghapal dan menyimpan semua materi. Namun ketika
terjun dalam tataran praktek dan implementasi justru melupakan semuanya.
Mencoba menghapal rangkuman materi ujian, namun justru lupa saat
pelaksanaan ujian.
Mari kita belajar menyaring dan
mengumpulkan pengetahuan, untuk kita simpan sebagai peralatan kita dalam
bekerja nantinya. Pengetahuan lain memang penting, tapi jangan sampai
karena pengetahuan yang lain tersebut, pengetahuan yang justru
dibutuhkan jadi terlewat.
0 komentar:
Post a Comment